Ma’al Hadits asy-Syarīf: Tidak Ada Ketaatan dalam Bermaksiat kepada Allah

menolak-maksiat

Ma’al Hadits asy-Syarīf: Tidak Ada Ketaatan dalam Bermaksiat kepada Allah

Dalam Hasyiyah as-Sindi Syarah Sunan Ibnu Majah terdapat bab, “Lā Thā’ata fi Ma’shiyatilLāh (Tidak Ada Ketaatan dalam Bermaksiat kepada Allah)”.

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Rumhin, telah menceritakan kepada kami Laits bin Saad dari Abdullah bin Umar dari Nafi’, dari Ibnu Umar; (dari sanad lain) telah menceritakan kepada kami Muhammad bin shabah dan Suwaid bin Saad, keduanya berkata telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Raja’ al-Makki dari Nafi’ dari Ibnu Umar bahwa Rasulullah saw bersabda:

«عَلَى الْمَرْءِ الْمُسْلِمِ الطَّاعَةُ فِيمَا أَحَبَّ أَوْ كَرِهَ إِلاَّ أَنْ يُؤْمَرَ بِمَعْصِيَةٍ فَمَنْ أُمِرَ بِمَعْصِيَةٍ فَلاَ سَمْعَ وَلاَ طَاعَةَ»

Seorang Muslim wajib menaati apa pun yang disenangi atau yang dibenci, kecuali dia diperintah untuk bermaksiat. Siapa saja yang diperintah untuk bermaksiat, ia tidak wajib mendengar dan taat.

Sabda Rasulullah, “Seorang Muslim wajib menaati apa pun yang disenangi atau yang dibenci,” yakni menaati Imam/Khalifah.

Allah SWT berfirman (yang artinya):

 

Siapa saja yang menyangka bahwa Allah sekali-kali tiada menolong dia (Muhammad) di dunia dan akhirat, hendaklah ia merentangkan tali ke langit; lalu hendaklah ia melalui tali itu; kemudian hendaklah ia berpikir apakah tipudayanya itu dapat melenyapkan apa yang menyakitkan hatinya. (TQS al-Hajj [22] : 15).

Benar! Pertolongan Allah pasti datang. Ayat ini dengan jelas menunjukkan hal itu. Namun, di mana pertolongan itu sekarang? Bagaimana pertolongan itu diberikan? Kepada siapa pertolongan itu diberikan? Pernahkah Anda melihat pertolongan itu diberikan kepada umat yang loyalitasnya kepada selain Allah?! Pernahkah Anda melihat pertolongan itu diberikan kepada masyarakat yang kiblatnya bukan kiblat yang diperintahkan Allah? Atau pertolongan itu diberikan kepada orang yang tidak taat kepada Allah dan Rasul-Nya? Lalu bagaimana dengan umat sekarang ini yang taat kepada orang (pemimpin) yang bermaksiat kepada Allah dan Rasul-Nya? Pantaskah mereka mendapatkan pertolongan Allah?

Wahai kaum Muslim:

Ketahuilah bahwa Khalifah Abu Bakar—semoga Allah meridhainya—adalah sebaik-baik orang setelah para nabi dan rasul. Namun demikian, beliau berkata: “Taatilah aku selama aku taat kepada Allah dalam memimpin kalian. Jika aku bermaksiat kepada Allah, kalian tidak wajib menaati aku.” Khalifah Abu Bakar ra. menegaskan dengan jelas bahwa dirinya bukan hujjah (dalil) bagi Islam, namun Islam-lah yang menjadihujjah (dalil) bagi dirinya. Jika Khalifah Abu Bakar ra. saja menjelaskan bahwa dirinya bukan hujjah (dalil) bagi Islam, lalu bagaimana dengan kaum Muslim yang tingkatnya jauh di bawah beliau seperti pemimpin, ketua, gerakan dan partai, maka tentu mereka bukanlah hujjah (dalil) bagi Islam. Islam-lah hujjah (dalil) bagi mereka semua.

Untuk itu, ketahuilah bahwa ketika Anda sekalian taat kepada para pemimpin dan ketua dalam bermaksiat kepada Allah, apapun bentuknya, maka tidak ada pertolongan dan kemuliaan dari Allah yang diberikan kepada kalian.

Wahai kaum Muslim:

Tetaplah taat, tetaplah taat, tetaplah taat, tetaplah taat, wahai umat dari sebaik-baik manusia. Namun, ketaatan itu hanya dalam kebaikan.

Hati-hatilah dan waspadalah dari ketaatan kepada pemimpin yang tidak menawarkan alternatif Islam yang bersih dan jernih untuk pemerintahan. Padahal itu merupakan akar yang sudah bertahun-tahun hilang dari pemerintahan hingga masyarakat hampir-hampir melupakannya. Mengapa saya katakan, “Hati-hatilah dan waspadalah,” karena kami tengah hidup dengan hasil atau buah dari perbuatan ini. Berapa banyak bencana yang telah dihasilkan ketika masyarakat telah memukul genderang dan mereka memainkan untuk kelompok-kelompok yang mengklaim sebagai kelompok Islam dan menginginkan Islam? Atau ketika para pejuang revolusi berhasil membawanya menjadi penguasa. Kami melihat perkataan dari mereka yang begitu memalukan dan menyedihkan. Bahkan ada salah seorang dari mereka yang mengatakan dengan sangat telanjang dan tanpa malu: “Kami tidak ingin menerapkan syariah”. Yang lain bersumpah untuk menerapkan sistem demokrasi. Apakah kepada mereka kita memberikan loyalitas dan ketaatan?!

Wahai kaum Muslim:

Ketahuilah bahwa setiap tindakan dan pernyataan dari para pemimpin tersebut adalah benar-benar kemaksiatan yang tidak terbantahkan, bahkan dosa besar yang sangat telanjang, karena itu merupakan persoalan agama yang sudah diketahui dengan pasti. Untuk itu, hati-hatilah dan waspadalah dari terperosok lebih dalam lagi dalam mengikuti dan mendukung setiap orang yang tidak menjadikan hukum-hukum Allah sebagai tolok ukur setiap aktivitasnya.

Ya Allah, pahamkan kami dalam agama kami; ajari kami apa yang kami belum mengerti; dan bukalah mata hati kami untuk bisa melihat kebenaran. Ya Allah, segerakan untuk kami tegaknya Khilafah yang akan menyatukan kembali kaum Muslim dan yang akan mengakhiri bencana yang selama ini menimpa mereka. Ya Allah, sinari dan terangilah bumi dengan cahaya keagungan dan kebesaran-Mu. Āmīn Allāhumma Āmīn. Wallahu a’lam. (adj)

About Author

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Categories