Menganut Demokrasi adalah Kesalahan Fatal yang Mengakibatkan Kehancuran
MUSTANIR.net – PM Malaysia Anwar Ibrahim menegaskan, dunia Barat tidak perlu mengajarkan dunia muslim tentang arti demokrasi, Hak Asasi Manusia (HAM), dan pembangunan berkelanjutan. Ungkapan tersebut sebagaimana dilaporkan oleh Kantor Berita Bernama (26-8-2024).
Menanggapi hal tersebut, analis senior Pusat Kajian dan Analisis Data (PKAD) Hanif Kristianto mengatakan, mengikuti demokrasi adalah sebuah kesalahan. “Menganut demokrasi adalah kesalahan fatal yang mengakibatkan kehancuran. Kembali kepada hukum Allah dan sistem politik Islam adalah solusi,” tuturnya dalam diskusi ‘Kala Demokrasi Menyihir Dunia’, Senin (9-9-2024) di youtube.com/khilafahnews24
Ia membenarkan apa yang disampaikan Anwar Ibrahim. “Ya, sebetulnya ungkapan Anwar Ibrahim itu benar karena akar dari demokrasi dan HAM bukan dari Islam. Itu asing buat umat Islam, tetapi pernyataan Anwar Ibrahim ini perlu didukung dan didorong dengan keyakinan akidah Islam,” imbuhnya.
Demokrasi dan HAM ini, menurutnya, ide yang lahir dari ideologi kapitalisme, yakni demokrasi erat kaitannya dengan politik dan HAM erat dengan kebebasan yang tidak mau terikat dengan aturan atau nilai-nilai tertentu.
“Sikap seorang muslim harus tegas menolak demokrasi dan HAM. Namun, kadang-kadang masih menyaksikan pemimpin negeri-negeri muslim masih menerapkan sistem pemerintahan demokrasi. Sejatinya ide demokrasi dan HAM bukan dari Islam,” jelasnya.
Demokratisasi
Hanif memaparkan, demokratisasi yang dimunculkan Barat dan sekutunya di negeri-negeri kaum muslim memberikan sebuah tawaran membentuk sistem pemerintahan baru. “Padahal penjajah itu licik dan cerdik, meskipun ia berhenti melakukan penjajahan secara fisik dan pergi dari negeri yang dijajahnya, tetapi negara bekas jajahannya masih menerapkan sistem warisan penjajah, demokrasi,” urainya.
Mereka menganggap, lanjutnya, demokrasi adalah sistem di atas segala-galanya. “Tentu tidak hanya melalui media, tetapi juga dalam pendidikan. Melalui pengiriman mahasiswa, cendekiawan, dosen, bahkan influencer itu memprogandakan demokrasi dan HAM,” katanya.
Hanif menilai, memang ada upaya demokratisasi, menyihir dunia dengan mengendalikan media internasional untuk menutupi narasi jahat kejahatan demokrasi. “Misalnya, terkait dengan media yang memberitakan peristiwa di Gaza dapat disaksikan kebrutalan pasukan Zionis Yahudi kepada awak media jurnalis yang meliput di sana, tentu tidak terkira bagaimana kejamnya mereka. Perlu dicermati penguasaan media oleh Barat mampu diimbangi oleh netizen yang berkuasa di media sosial. Banyak fakta baru yang bisa diungkap di tengah penjajahan di Gaza,” urainya.
Publik awalnya masih berharap kepada Barat, tetapi lanjutnya, sekarang publik tidak bisa berharap dengan Barat karena Barat memberikan fasilitas dan bantuan kepada penjajah. “Inilah yang perlu kita waspadai dari propaganda Barat yang bisa memutarbalikkan fakta yang di Gaza atau di negeri-negeri lain,” pungkasnya. []
Sumber: M News