Siasat Intelijen: Merekayasa Isu, Memanipulasi Pikiran
MUSTANIR.net – Lingkup kerja sebuah sistem intelijen, sebagaimana juga yang diterapkan di Indonesia, sesungguhnya sangat luas. Sebagai wajah yang tidak kelihatan dari penguasa, sebuah program intelijen sesungguhnya mampu untuk bersiasat yang berakibat langsung pada jiwa dan raga yang menjadi target.
Bagi massa-rakyat, intelijen bukan saja ditakuti karena sifatnya yang tersamar tetapi juga karena ancaman kekerasannya. Kecanggihan merekayasa dari intelijen tidak saja mengena pada massa-rakyat tetapi juga bahkan mampu mensublimkan apa yang sesungguhnya terjadi. [1]
Intelijen bahkan sanggup merekayasa isu yang akhirnya dipercaya (dan diterima) oleh massa-rakyat sekaligus akhirnya bahkan oleh perekayasanya sendiri! Seperti dikatakan Sutopo Yuwono mantan Kabakin (Kepala Badan Koordinasi Intelijen) dan orang pertama yang menciptakan doktrin intelijen Indonesia:
“Hal lucu dalam dunia intel adalah kalau bicara teknik psywar. Sebagai intel kita mengarang isu, yang kemudian kita lemparkan entah di pers cetak, radio, atau televisi. Kita bikin seolah-olah cerita itu beneran. Biasanya setelah dilemparkan, orang akan membahas dan cenderung menambah-nambah. Akhirnya isu tadi kan kembali sebagai laporan. Nah, lucunya dari laporan yang kembali itu kita sendiri percaya bahwa itu beneran, ha, ha, ha. Bahkan ketakutan sendiri dan berpikir, ‘Jangan-jangan isu tadi memang bener, ha, ha, ha, ha, ha!’” [2]
Siasat politis sebuah intelijen sesungguhnya mampu memanipulasi pikiran bahkan pikiran perekayasanya sendiri. Disiplin yang sesungguhnya rasional ini bisa mengacaukan seluruh sistem kepercayaan (yang bisa jadi tidak rasional juga). Merancang sebuah siasat politis (atau apa pun namanya) mengandaikan bahwa si perancangnya menyusun dan mengharapkan hasil dalam satu alur penalaran logika yang sama.
Bahkan untuk sebuah program aksi yang tidak masuk akal sekali pun! Jika seandainya yang tidak masuk akal ini pun berhasil membuat yakin akan kebenarannya maka si perancang program pun wajib meyakini kebenarannya dan membuat program aksi lanjutan atas hal itu!
Sebuah lembaga intelijen adalah lembaga yang bergerak bebas. Mereka yang terlibat di dalamnya hanya bertanggung jawab pada pimpinan yang mengendalikannya. Sutopo Yuwono mengakui bahwa lembaga seperti ini dipakai untuk merekayasakan hal-hal tertentu dalam politik Indonesia dan dikendalikan langsung dari tampuk kekuasaan yang paling tinggi. []
Sumber: Budi Susanto, SJ & A Made Tony Supriatma
[1] Lihat, Dr. Burhan D Magenda, ‘Peranan Intel dalam Masyarakat’, Editor, no. 44, tahun VI, 31 Juli 1993.
[2] Jakarta-Jakarta, no. 361, 5-11 Juni 1993.
Thanks for sharing. I read many of your blog posts, cool, your blog is very good.
Thank you for your sharing. I am worried that I lack creative ideas. It is your article that makes me full of hope. Thank you. But, I have a question, can you help me?
Can you be more specific about the content of your article? After reading it, I still have some doubts. Hope you can help me.