Surat dari Balik Terali Besi

Surat dari Balik Terali Besi

Kenapa dia dipenjara? Dan atas dosa apa dia ditahan?

Ketika api kecemburuan berkobar dan jiwa kesatria berhembus pada diri kita, maka kita pun akan berani melalui kenyataan yang sangat pahit. Tiada keputusasaan dan frustasi. Maka, cangkokan pohon kurma yang diperintahkan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam kepada kita untuk ditanam begitu banyak dan tidak pernah habis umur dunia ini.

Sebuah surat dari penjara yang ditulis seorang gadis berusia 17 tahun….

Seorang gadis berusia 17 tahun menghadapi kematian hanya demi membela hijabnya… Saudari Huda Kaya beserta 3 orang putrinya dan 15 orang lainnya ditawan karena penolakan/protes mereka terhadap pelarangan pemakaian hijab Islami di Universitas Yanono di Turki.

Dewan perwakilan rakyat menuntut penerapan hukuman mati atas mereka, dan pihak pengadilan telah menunda eksekusi hingga tanggal 22 Juni 1999 M.

Surat ini berasal dari saudari Nur Jehan, putri dari saudari Huda Kaya. Dia baru berusia 17 tahun dan akan menghadapi hukuman mati. Dia telah mengirimkan suratnya ini dari dalam penjaranya di Malta (Mala-taya).

Bismillaahirrahmaanirrahiim.

Segala puji hanya bagi Allah. Shalawat dan salam semoga tetap terlimpahkan kepada Nabi kita yang mulia, Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, sebagai pemimpin dan pembimbing kita. Semoga salam sejahtera tercurah pula kepada para sahabat Rasulullah beserta orang-orang yang mengikuti jejak mereka. Juga, salam sejahtera semoga tercurah kepada kaum mukminin yang menentang penganiayaan, kaum mukminin yang berdenyut hati mereka bersama kami dan turut merasakan kepedihan kami…

Saudari dan saudaraku tercinta….

Tidaklah penting, berapa jauh jarak kalian dari kami selama kita merasakan hati kita berdenyut seperti satu hati, dan selagi kita merasakan bahwa kita saudara. Betapa besar kebahagiaan kami karena kami mempunyai misi besar dan suci. Dia begitu besar hingga membuat kami melawan segala bentuk kekuatan kafir dan kaum hipokrit.Alhamdulillah…. Alhamdulillah, seribu kali.

Setelah ibu dan saudariku, Intishar, ditawan, kemudian aku dan saudariku, Nurulhaq, menyusul pada tanggal 22 Mei 1999 M, tepatnya sewaktu aku keluar dari kelasku. Aku melemparkan pandangan terakhir kepada teman-temanku yang berada dalam kelas. Pada saat itu, teman-temanku yang berada dalam kelas hingga guru wanitaku tidak bisa berbuat sesuatu untukku. Mereka hanya bisa terperangah atas semua yang menimpaku.

Aku ditahan untuk pertama kali, dan sekarang aku punya suatu pengalaman baru yang kualami untuk kuceritakan kepada mereka. Terakhir kali aku pergi ke ruang kelas untuk mengambil tasku, maka kulihat teman-temanku dari sejumlah kelas lain sedang keluar untuk melihatku dan mereka pun kebingungan. Sebagian mereka berusaha untuk tidak membiarkanku, sedangkan guruku beserta teman-teman lainnya berusaha larut dalam perasaanku pada saat itu meski aku sendiri dalam situasi seperti ini berusaha untuk menenangkan mereka.

Buat akhir kelas studiku dari perjalanan pendidikan kami.. Kami akan berada jauh dari kelas-kelas kami, staf guru dan teman-teman sekelas. Namun, kami merasa dan mengetahui bahwa semua ini berhak atas pengorbanan ini dan kami siap untuk itu. Masing-masing kami tahu bahwa kami suatu hari akan menghadapi tembok segi empat itu….penjara.

Kami tidak akan pernah lulus. Semua apa yang kami cari hanya ridha Allah Subhanahu wa Ta’ala . Karena itu, sungguh, tidaklah penting kalau pun kami lulus dari sekolah. Karena yang penting bagi kami adalah berhasil meraih ijazah kelulusan atas ridha Allah. Penting bagi kami untuk melihat tanda keridhaan Allah atas ijazah kelulusan kami. Teramat penting lagi adalah kelulusan kami itu sebagai persiapan menghadap Allah pada Hari Kiamat nanti dan agar kami selalu berada di sisi Allah. Cukuplah bagi kami Allah dan yang merupakan sebaik-baik Dzat yang diserahi.

Inilah bagian kemerdekaan yang telah kubaca pada demonstrasi menentang larangan hijab pada tanggal 30 April 1999 M bertepatan dengan hari Jum’at di depan gedung pemerintahan.

Bagian dari kebebasan….

Kami telah dilahirkan dalam keadaan merdeka.

Kami hidup dalam keadaan merdeka. Dan ketika mati menjemput, maka kami pun mati dalam keadaan merdeka. Karena kami telah menuliskan kata “jihad” pada kening-kening kami. Kami letakkan perjuangan pada permulaan setiap shalat kami di pagi hari… demi sebuah negara yang merdeka… sekolah yang merdeka… kehormatan kami… jati diri kami… Kami tidak akan pernah menyerah… Kami akan berjuang dan terus berjuang dan kami akan menang.

Kami telah bersumpah… Jadilah Engkau saksi atas kami, ya Allah!

Jadilah Engkau saksi atas kami, ya Allah!

Jadilah Engkau saksi atas kami, ya Allah!

Jika suatu hari aku dijatuhi vonis mati, maka itu tidak akan membelokkanku. Aku akan ulangi lagi apa yang telah kulakukan dan kuikrarkan sekali lagi sumpah kemerdekaan…

وَمَن يَتَوَلَّ اللهَ وَرَسُولَهُ وَالَّذِينَ ءَامَنُوا فَإِنَّ حِزْبَ اللهِ هُمُ الْغَالِبُونَ

“Dan barangsiapa mengambil Allah, RasulNya dan orang-orang yang beriman menjadi penolongnya, maka sesungguhnya pengikut (agama) Allah itulah yang pasti menang.”(Al-Ma’idah: 56).

About Author

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Categories