Wanita yang Paling Utama
Wanita yang Paling Utama
Penjelasan Bab :
Yakni penjelasan bahwa seorang wanita dapat menjadi manusia yang utama, jika memiliki sifat-sifat yang nanti akan dibawakan dalam hadits-hadits di bab ini. Dan Allah Subhaanahu wa Ta’aalaa Maha Adil, maka barangsiapa dari kalangan wanita yang mengerjakan amal-amal Sholih, Allah Subhaanahu wa Ta’aalaa akan tetap menyediakan surga baginya, Firman-Nya :
وَمَنْ يَعْمَلْ مِنَ الصَّالِحَاتِ مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَئِكَ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ وَلَا يُظْلَمُونَ نَقِيرًا
“Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun wanita sedang ia orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau sedikitpun”. (QS. An Nisaa (4) : 124).
Adapun para wanita yang disebutkan dalam dalil-dalil baik dari Al Qur’an maupun hadits adalah :
- Maryam bintu ‘Imraan, ibunda Nabi Isa alaihi salam, Allah Subhaanahu wa Ta’aalaa berfirman tentangnya :
وَإِذْ قَالَتِ الْمَلَائِكَةُ يَا مَرْيَمُ إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَاكِ وَطَهَّرَكِ وَاصْطَفَاكِ عَلَى نِسَاءِ الْعَالَمِينَ
Dan (ingatlah) ketika Malaikat (Jibril) berkata: “Hai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilih kamu, mensucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yang semasa dengan kamu)
- Aasiyah istri Fir’aun, kisahnya disebutkan dalam surat Al Qoshosh :
وَأَوْحَيْنَا إِلَى أُمِّ مُوسَى أَنْ أَرْضِعِيهِ فَإِذَا خِفْتِ عَلَيْهِ فَأَلْقِيهِ فِي الْيَمِّ وَلَا تَخَافِي وَلَا تَحْزَنِي إِنَّا رَادُّوهُ إِلَيْكِ وَجَاعِلُوهُ مِنَ الْمُرْسَلِينَ (7) فَالْتَقَطَهُ آَلُ فِرْعَوْنَ لِيَكُونَ لَهُمْ عَدُوًّا وَحَزَنًا إِنَّ فِرْعَوْنَ وَهَامَانَ وَجُنُودَهُمَا كَانُوا خَاطِئِينَ (8) وَقَالَتِ امْرَأَةُ فِرْعَوْنَ قُرَّةُ عَيْنٍ لِي وَلَكَ لَا تَقْتُلُوهُ عَسَى أَنْ يَنْفَعَنَا أَوْ نَتَّخِذَهُ وَلَدًا وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ (9)
Dan kami ilhamkan kepada ibu Musa; “Susuilah dia, dan apabila kamu khawatir terhadapnya maka jatuhkanlah dia ke sungai (Nil). Dan janganlah kamu khawatir dan janganlah (pula) bersedih hati, karena sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan men- jadikannya (salah seorang) dari para rasul. Maka dipungutlah ia oleh keluarga Fir’aun yang akibatnya dia menja- di musuh dan kesedihan bagi mereka. Sesungguhnya Fir’aun dan Haman beserta tentaranya adalah orang-orang yang bersalah. Dan berkatalah isteri Fir’aun: “(Ia) adalah penyejuk mata hati bagiku dan bagimu. Janganlah kamu membunuhnya, mudah-mudahan ia bermanfaat kepada kita atau kita ambil ia menjadi anak”, sedang mereka tiada menyadari. (QS. Al Qoshosh : 7-9).
Dalam riwayat Bukhori-Muslim terdapat sebuah hadits yang menunjukkan keutamaan Maryam bintu Imroon dan Aasiyah istri Fir’un. Nabi sholallahu alaihi wa salam bersabda :
كَمَلَ مِنَ الرِّجَالِ كَثِيرٌ، وَلَمْ يَكْمُلْ مِنَ النِّسَاءِ: إِلَّا مَرْيَمُ بِنْتُ عِمْرَانَ، وَآسِيَةُ امْرَأَةُ فِرْعَوْنَ
Yang sempurna dari kalangan laki-laki banyak, tidak ada yang sempurna dari wanita kecuali Maryam bintu Imroon dan Aasiyah istri Fir’aun.
Syaikh ‘Athiyyah Shoqor dalam fatwa al-Azhar (mei 1997) mengatakan bahwa salah satu makna Kamal (sempurna) adalah kenabian, sehingga beliau berkata :
إن الكمال المذكور فى الحديث يعنى به النبوة، فيلزم أن تكون مريم وآسية نبيتين ، وقد قيل بذلك ، والصحيح أن مريم نبية ، لأن الله أوحى إليها بواسطة الملك كما أوحى إلى سائر النبيين . ولم يرد ما يدل على نبوة آسية دلالة واضحة .
Sesungguhnya al-Kamaal yang disebutkan dalam hadits maksudnya adalah nubuwah (kenabian), maka ini mengharuskan Maryam dan Aasiyah adalah 2 orang Nabi perempuan –dikatakan seperti itu- yang shahih bahwa Maryam adalah Nabi, karena Allah telah mewahyukan kepadanya dengan perantara Malaikat (Jibril) yang mana (Jibril alaihi salam) adalah penyampai wahyu kepada para Nabi semuanya. Namun tidak datang dalil yang menunjukkan kenabian Aasiyah dengan dalil yang jelas.
Pendapat ini juga sebelumnya dikatakan oleh Imam Ibnu Hazm, sebagaimana dinukil oleh Syaikhul Islam ibnu Taimiyyah dalam Majmu Fatawa (4/396) yang beliau sebut sebagai ucapan yang syadz (ganjil) dan mungkar, kata Imam Ibnu Hazm :
إنَّ مَرْيَمَ نَبِيَّةٌ وَإِنَّ آسِيَةَ نَبِيَّةٌ وَإِنَّ أَمْ مُوسَى نَبِيَّةٌ
Sesungguhnya Maryam adalah Nabi, Aasiyah adalah Nabi dan ibunya Musa alaihi salam juga Nabi.
Kemudian Syaikhul Islam menyanggah ucapan ini dalam kitab tersebut, kata beliau :
قَدْ ذَكَرَ الْقَاضِي أَبُو بَكْرٍ وَالْقَاضِي أَبُو يَعْلَى وَأَبُو الْمَعَالِي وَغَيْرُهُمْ : الْإِجْمَاعُ عَلَى أَنَّهُ لَيْسَ فِي النِّسَاءِ نَبِيَّةٌ وَالْقُرْآنُ وَالسُّنَّةُ دَلَّا عَلَى ذَلِكَ : كَمَا فِي قَوْلِهِ : { وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ إلَّا رِجَالًا نُوحِي إلَيْهِمْ مِنْ أَهْلِ الْقُرَى } وَقَوْلِهِ : { مَا الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ إلَّا رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ وَأُمُّهُ صِدِّيقَةٌ } ذَكَرَ أَنَّ غَايَةَ مَا انْتَهَتْ إلَيْهِ أُمُّهُ : الصديقيةُ وَهَذَا مَبْسُوطٌ فِي غَيْرِ هَذَا الْمَوْضِعِ .
Al-Qoodhi Abu Bakar, al-Qodhi Abu Ya’laa dan Abul Ma’aaliy serta selainnya menyebutkaaan : ‘telah ijma (kesepatakan ulama) bahwa tidak ada wanita yang menjadi Nabi. Al Qur’an dan Sunnah menunjukkan hal tersebut, sebagaimana firman-Nya : {Kami tidak mengutus sebelum kamu, melainkan orang laki-laki yang Kami berikan wahyu kepadanya diantara penduduk negeri} (QS. Yusuf : 109) dan firman-Nya : {Al Masih putera Maryam itu hanyalah seorang Rasul yang sesungguhnya telah berlalu sebelumnya beberapa rasul, dan ibunya seorang yang sangat benar} (QS. Al Maidah : 75).
Maka disitu kedudukan yang paling tinggi kepada Ibu Nabi Isa alaihi salam (yakni Maryam) adalah ash-Shiddiiqoh. Permasalahan ini dibahas di tempat lain.
- Khodijah bintu Khuwailid rodhiyallahu anha, istri Nabi sholallahu alaihi wa salam yang pertama.
- Aisyah rodhiyallahu anha, istri Nabi sholallahu alaihi wa salam
- Faathimah bintu Muhammad, anak Nabi sholallahu alaihi wa salam.
Imam Bukhori-Muslim meriwayatkan hadits bahwa Nabi sholallahu alaihi wa salam bersabda :
خَيْرُ نِسَائِهَا مَرْيَمُ ابْنَةُ عِمْرَانَ، وَخَيْرُ نِسَائِهَا خَدِيجَةُ
Sebaik-baik wanita (pada zamannya) Maryam bintu Imroon dan sebaik-baik wanita (pada zamannya) adalah Khodijah rodhiyallahu anha
Imam Bukhori-Muslim juga meriwayatkan hadits :
فَضْلُ عَائِشَةَ عَلَى النِّسَاءِ كَفَضْلِ الثَّرِيدِ عَلَى سَائِرِ الطَّعَامِ
Keutamaan Aisyah rodhiyallahu anha atas para wanita, seperti keutamaan Tsariid (roti isi daging dan kuah) atas seluruh makanan.
Imam Tirmidzi meriwayatkan dalam Sunannya, lalu beliau katakan sebagai hadits shahih, begitu juga dishahihkan oleh Imam Al Albani :
حَسْبُكَ مِنْ نِسَاءِ العَالَمِينَ: مَرْيَمُ ابْنَةُ عِمْرَانَ، وَخَدِيجَةُ بِنْتُ خُوَيْلِدٍ، وَفَاطِمَةُ بِنْتُ مُحَمَّدٍ وَآسِيَةُ امْرَأَةُ فِرْعَوْنَ
Mencukupi engkau dari para wanita alam semesta, yaitu : Maryam bintu Imroon, Khodijah bintu Khuwailid, Faathimah bintu Muhammad sholallahu alaihi wa salam dan Aasiyah istri Fir’aun.
Beberapa ulama mencoba memeringkat diantara para wanita yang disebutkan sebagai wanita terbaik di alam semesta ini, sebagaimana disebutkan diatas, namun saya meninggalkan pembahasan ini, karena dirasa tidak terlalu besar faedahnya.
Ada sebuah hadits menarik yang berkaitan dengan tema ini, terkait dengan pergaulan suami istri, yakni diriwayatkan bahwa Nabi sholallahu alaihi wa salam bersabda :
من صبر على سوء خلق امرأته أعطاه الله من الأجر مثل ما أعطى أيوب على بلائه، ومن صبرت على سوء خلق زوجها أعطاها الله مثل ثواب آسية امرأة فرعون
Barangsiapa yang bersabar atas kejelekan akhlak istrinya, maka Allah akan memberinya pahala seperti yang diberikan kepada Nabi Ayyub alaihi salam atas penyakit yang dideritanya dan Barangsiapa bersabar atas kejelekan akhlak suaminya, Allah akan memberikan pahala, seperti pahala yang diberikan kepada Aasiyah istri Fir’aun.
Namun Imam Al Albani berkata dalam adh-Dhoifah (no. 627) :
لا أصل له بهذا التمام. أورده هكذا الغزالي في ” الإحياء ” (2 / 39) وقال مخرجه العراقي: ” لم أقف له على أصل “. وأقره الزبيدي في ” شرح الإحياء ” (5 / 352) وذكر نحوه السبكي في ” الطبقات ” (4 / 154) .
وأقول: قد وجدت للشطر الأول منه أصلا ولكنه موضوع
Tidak ada asalnya secara sempurna seperti itu, diriwayatkan demikian oleh al-Ghozali dalam al-Ihyaa (2/39). Pentakhrij kitab Ihyaa berkata : ‘aku tidak menemukan asal hadits ini’, hal ini juga disetujui oleh az-Zubaidiy dalam Syarhul Ihyaa (5/352), disebutkan oleh as-Subkiy dalam ath-Thobaqoot (4/154) seperti itu.
Aku (Al Albani) berkata : ‘aku mendapatkan penggalan kalimat pertama memiliki asal, namun statusnya hadits palsu’.
Imam Ibnu Majah berkata :
1855 – حَدَّثَنَا هِشَامُ بْنُ عَمَّارٍ قَالَ: حَدَّثَنَا عِيسَى بْنُ يُونُسَ قَالَ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ زِيَادِ بْنِ أَنْعُمَ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ يَزِيدَ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: «إِنَّمَا الدُّنْيَا مَتَاعٌ، وَلَيْسَ مِنْ مَتَاعِ الدُّنْيَا شَيْءٌ أَفْضَلَ مِنَ الْمَرْأَةِ الصَّالِحَةِ»
11). Hadits no. 1855
Haddatsanaa Hisyaam bin ‘Ammaar ia berkata, haddatsanaa Isa bin Yunus ia berkata, haddatsanaa Abdur Rokhman bin Ziyaad bin An’am dari Abdullah bin Yaziid dari Abdullah bin ‘Amr rodhiyallahu anhu bahwa Rasulullah sholallahu alaihi wa salam bersabda : “sesungguhnya hanyalah dunia itu kesenangan dan tidak suatu kesenangan di dunia yang lebih utama dari wanita yang sholihah”.
Penjelasan kedudukan hadits :
Hisyaam bin ‘Ammaar, perowi Bukhori.
Isa bin Yunus, perowi Bukhori-Muslim.
Abdur Rokhman bin Ziyaad, perowi dhoif hapalannya, beliau adalah laki-laki sholih.
Abdullah bin Yaziid, tabi’i pertengahan, perowi Muslim.
Hadits ini shahih lighoirihi, dishahihkan oleh Imam Al Albani dan Syaikh Syu’aib Arnauth. Sanad hadits ini sebenarnya dhoif, dengan sebab kelemahan Abdur Rokhman bin Ziyaad, namun beliau mendapatkan mutaba’ah dari Syurohbiil bin Syariik dalam riwayat Muslim (no. 1467) dan Nasa’i (3232) dari Abdullah bin Yaziid dari Abdullah bin ‘Amr rodhiyallahu anhu bahwa Nabi sholallahu alaihi wa salam bersabda :
الدُّنْيَا مَتَاعٌ، وَخَيْرُ مَتَاعِ الدُّنْيَا الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ
Dunia itu kesenangan dan sebaik-baik kesenangan dunia adalah wanita sholihah.
Imam Ibnu Majah berkata :
1856 – حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ إِسْمَاعِيلَ بْنِ سَمُرَةَ قَالَ: حَدَّثَنَا وَكِيعٌ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ مُرَّةَ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ سَالِمِ بْنِ أَبِي الْجَعْدِ، عَنْ ثَوْبَانَ، قَالَ: لَمَّا نَزَلَ فِي الْفِضَّةِ وَالذَّهَبِ مَا نَزَلَ، قَالُوا: فَأَيَّ الْمَالِ نَتَّخِذُ؟ قَالَ عُمَرُ: فَأَنَا أَعْلَمُ لَكُمْ ذَلِكَ، فَأَوْضَعَ عَلَى بَعِيرِهِ، فَأَدْرَكَ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَأَنَا فِي أَثَرِهِ، فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَيَّ الْمَالِ نَتَّخِذُ؟ فَقَالَ: «لِيَتَّخِذْ أَحَدُكُمْ قَلْبًا شَاكِرًا، وَلِسَانًا ذَاكِرًا، وَزَوْجَةً مُؤْمِنَةً، تُعِينُ أَحَدَكُمْ عَلَى أَمْرِ الْآخِرَةِ»
12). Hadits no. 1856
Haddatsanaa Muhammad bin Ismail bin Samuroh ia berkata, haddatsanaa Wakii’ dari Abdullah bin ‘Amr bin Murroh dari Bapaknya dari Saalim bin Abil Ja’di dari Tsauban ia berkata, ketika turun ayat tentang perak dan emas, para orang-orang bertanya : harta apa yang bisa kami ambil‘?. Umar rodhiyallahu anhu berkata : “aku lebih tahu daripada kalian tentang hal itu, lalu beliau rodhiyallahu anhu memacu Untanya untuk menemui Nabi sholallahu alaihi wa salam”. Saya (Tsauban) pada waktu itu ada di leher unta tersebut, maka Umar rodhiyallahu anhu bertanya : “wahai Rasulullah, harta apa yang bisa kami ambil?”. Nabi sholallahu alaihi wa salam menjawab : “hendaknya kalian mengambil hati yang bersyukur, lisan yang berdzikir dan istri yang mukminah yang akan mengantarkan kalian menuju akhirat”.’
Penjelasan kedudukan hadits :
Semua perowinya, perowi Bukhori-Muslim, kecuali Muhammad bin Ismail, perowi tsiqoh; dan Abdullah bin ‘Amr bin Murroh, perowi shoduq yukhthiu.
Hadits ini Hasab lighoirihi, dikatakan oleh Syaikh Syu’aib Arnauth. Imam al-Bazaar setelah menyebutkan perbedaan penilaian ulama terhadap Abdullah bin ‘Amr bin Murroh, kemudian beliau berkata hadits in hasan. Sanad ini sebenarnya lemah, karena disamping adanya perbedaan penilaian terhada Abdullah bin ‘Amr yang kemudian dirajihkan oleh Al Hafidz sebagai perowi shoduq yang artinya haditsnya hasan, juga terjadi keterputusan antara Saalim bin Abil Ja’di dengan Tsauban rodhiyallahu anhu. Syaikh Syu’aib Arnauth menukil pertanyaan Imam Tirmidzi kepada gurunya, yakni Imam Bukhori. Imam Tirmidzi berkata :
سألت محمَّد بن إسماعيل (يعني البخاري): سمع سالم بن أبي الجعد من ثوبان؟ فقال: لا.
Aku bertanya kepada Muhammad bin Ismail (Imam Bukhori), apakah Saalim bin Abil Ja’di mendengar dari Tsauban rodhiyallahu anhu?. Beliau menjawab : ‘tidak mendengar’.
Sementara itu Imam Al Albani menilainya : ‘hadits Shahih’. Beliau telah mentakhrij hadits ini dalam ash-Shahihah (no. 2176), kata beliau hadits ini memiliki syahid (penguat) yaitu dalam riwayat Musnad Ahmad (5/366) dari salah seorang sahabat yang tidak disebutkan namanya, hadits ini melalui jalur :
حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، حَدَّثَنِي سَلْمٌ ، قَالَ: سَمِعْتُ عَبْدَ اللهِ بْنَ أَبِي الْهُذَيْلِ قَالَ: حَدَّثَنِي صَاحِبٌ لِي، أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ
Haddatsanaa Syu’bah, haddatsani Salam ia berkata, aku mendengar Abdullah bin Abi al-Hudzail ia berkata, haddatsani temanku bahwa Rasulullah sholallahu alaihi wa salam bersabda ….
Semua perowinya, perowi Bukhori Muslim, kecuali Salam bin ‘Athiyyah, beliau perowi yang layyinul hadits, hanya ditsiqohkan oleh Imam Ibnu Hibban. Sehingga sanad ini bisa dijadikan penguat. Hanya saja Imam Al Albani menilai bahwa Salam ini perowi tsiqoh, sehingga akhirnya beliau berkesimpulan bahwa hadits diatas shahih dengan adanya penguat ini. Namun yang rajih adalah sanadnya ringan kelemahannya dan dapat sebagai penguat untuk hadits dalam pembahasan ini.
Kemudian Syaikh Syu’aib Arnauth menyebutkan penguat lain dalam Ta’liq Sunan Ibnu Majah, kata beliau :
وحديث ابن عباس عند ابن أبي الدنيا في “الشكر” (34)، والطبراني في “الكبير” (11275)، وفي “الأوسط” (7208)، وأبي نعيم في “الحلية” 3/ 65، والبيهقي في “شعب الإيمان” (4429)، وفي “الآداب” (889) بلفظ: أن رسول الله – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – قال: “أربع من أعطيهن ففد أعطي خير الدنيا والآخرة: قلب شاكر، ولسان ذاكر، وبَدَنٌ على البلاء صابر، وزوجةٌ لا تبغيه خونًا في نفسها ولا ماله” – لفظ ابن أبي الدنيا- وفي إسناد هذا الحديث مؤمل بن إسماعيل، وحديثه هذا حسن في الشواهد دون قوله: “وبدن على البلاء صابر”.
Hadits Ibnu Abbas rodhiyallahu anhumaa, diriwayatkan oleh Ibnu Abid Dunyaa dalam “asy-Syukur (34)”, Ath-Thabrani dalam “al-Kabiir (11275)” dan “al-Ausatuh (7208)”, Abu Nu’aim dalam “al-Hilyah (3/65)”, Baihaqi dalam “Syu’abul Iman (4429)” dan “al-Adab (889)” dengan lafadz, bahwa Rasulullah sholallahu alaihi wa salam bersabda : “ada 4 hal, barangsiapa yang diberikakan 4 hal tersebut, berarti ia telah diberikan yang terbaik dari dunia dan akhirat yaitu : hati yang bersyukur, lisan yang berdzikir, badan yang tegar diatas ujian dan kesabaran serta istri yang jika ditinggal tidak khawatir akan berkhianat terhadap dirinya dan hartanya”. Ini lafadz Ibnu Abid Dunya, dalam sanadnya ada Muammal bin Ismail, haditsnya hadits hasan dengan penguatnya, diluar sabda Nabi : “badan yang tegar diatas ujian dan kesabaran”.
Imam Ibnu Majah berkata :
1857 – حَدَّثَنَا هِشَامُ بْنُ عَمَّارٍ قَالَ: حَدَّثَنَا صَدَقَةُ بْنُ خَالِدٍ قَالَ: حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ أَبِي الْعَاتِكَةِ، عَنْ عَلِيِّ بْنِ يَزِيدَ، عَنِ الْقَاسِمِ، عَنْ أَبِي أُمَامَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، أَنَّهُ كَانَ يَقُولُ: «مَا اسْتَفَادَ الْمُؤْمِنُ بَعْدَ تَقْوَى اللَّهِ خَيْرًا لَهُ مِنْ زَوْجَةٍ صَالِحَةٍ، إِنْ أَمَرَهَا أَطَاعَتْهُ، وَإِنْ نَظَرَ إِلَيْهَا سَرَّتْهُ، وَإِنْ أَقْسَمَ عَلَيْهَا أَبَرَّتْهُ، وَإِنْ غَابَ عَنْهَا نَصَحَتْهُ فِي نَفْسِهَا وَمَالِهِ»
13). Hadits no. 1857
Haddatsanaa Hisyaam bin ‘Ammaar ia berkata, haddatsanaa Shodaqoh bin Khoolid ia berkata, haddatsanaa Utsman bin Abil ‘Aatikah dari Ali bin Yaziid dari al-Qoosim dari Abi Umaamah dari Nabi sholallahu alaihi wa salam bahwa Beliau bersabda : “tidak ada yang bermanfaat bagi seorang mukmin setelah bertakwa kepada Allah daripada ketika ia memiliki istri yang sholihah, jika diperintah mentaatinya, jika dipandang membahagiakannya, jika diberikan jatah, ia akan menunaikannya dan jika tidak ada dihadapanmu, ia menjaga dirinya dan hartanya”.
Penjelasan kedudukan hadits :
Shodaqoh, perowi Bukhori.
Utsman bin Abil ‘Aatikah, perowi shoduq, namun para ulama mendhoifkannya, jika meriwayatkan dari Ali bin Yaziid dan dalam hal ini beliau meriwayatkan dari Ali bin Yaziid.
Ali bin Yaziid, perowi dhoif.
Al-Qoosim bin Abdur Rokhman, perowi shoduq banyak ghoribnya.
Hadits ini dhoif, Imam Al Albani dalam ta’liqnya menilai hadits ini dhoif, kemudian dalamadh-Dhoifah (no. 4421), Imam Al Albani menjelaskan alasan pendhoifannya yakni karena kelemahan Utsman dan Ali bin Yaziid, kemudian Imam Al Albani menemukan penguat lain, kata beliau :
وروى شريك، عن جابر، عن عطاء، عن أبي هريرة مرفوعاً نحوه مختصراً. أخرجه الطبراني في “الأوسط” (1/ 163/ 1) وقال: “لم يروه عن جابر إلا شريك”. قلت: وهو ابن عبد الله القاضي؛ وهو ضعيف لسوء حفظه. لكن جابر – وهو ابن يزيد الجعفي -؛ أشد ضعفاً منه؛ فقد اتهمه بعضهم.
والمحفوظ عن أبي هريرة بلفظ: “خير النساء التي تسره إذا نظر … ” الحديث، وهو مخرج في “الصحيحة” (1838)
Diriwayatkan oleh Syariik dari Jaabir dari Athoo’ dari Abu Huroiroh Rodhiyallahu ‘anhu secara marfu’ dengan lebih ringkas. Dikeluarkan ole hath-Thabrani dalam “al-Ausath (1/163/1)” lalu berkata : ‘tidak ada yang meriwayatkan dari Jaabir, selaian Syariik’. Aku berkata : ‘yaitu Syariik bin Abdullah al-Qodhi, beliau dhoir karena jelek hapalannya, namun Jaabir yaitu ibnu Yaziid al-Ju’fiy lebih parah kedhoifannya dibandingkan Syariik, sebagian ulama menuduhnya sebagai pendusta’.
Yang mahfudz (baca shahih) dari Abu Huroiroh dengan lafadz : “sebaik-baik wanita adalah yang menyenangkan jika dipandang….”. ditakhrij dalam “ash-Shahihah (no. 1838)”.
Senada dengan Imam Al Albani, Syaikh Syu’aib Arnauth dalam Ta’liq Sunan Ibnu Majah,mendhoifkan hadits ini dan menyebutkan hadits yang shahih dari Abu Huroiroh Rodhiyallahu ‘anhu kata beliau :
ويغني عنه حديث أبي هريرة عند النسائي 6/ 68 بإسناد قوي ولفظه: سئل رسولُ الله – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -: أي النساء خير؟ قال: “التي تسره إذا نظر، وتطيعُه إذا أمر، ولا تخالفه في نفسها ومالها بما يكره”. وهو في “مسند أحمد” (7421).
Mencukupinya hadits Abu Huroiroh rodhiyallahu anhu dalam riwayat an-Nasa’i (6/68) dengan sanad kuat lafadznya : “Rasulullah sholallahu alaihi wa salam ditanya tentang wanita manakah yang paling baik?. Beliau sholallahu alaihi wa salam menjawab : “yaitu wanita yang engkau senang jika memandangnya, mentaati apa yang diperintahkan dan tidak mengkhianati dirinya dan hartanya dengan sesuatu yang dibenci”. Ini diriwayatkan juga dalam Musnad Ahmad (7421).
Penjelasan Hadits :
- Hadits-hadits diatas menunjukkan kriteria wanita sholihah, yaitu yang menghiasi dirinya dengan penampilan dan akhlak yang indah, khusus kepada suaminya saja. Oleh karenanya, Allah Subhaanahu wa Ta’aalaa berpesan kepada Nabi-Nya sholallahu alaihi wa salam untuk memberikan perintah kepada para wanita :
وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَى جُيُوبِهِنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا لِبُعُولَتِهِنَّ أَوْ آَبَائِهِنَّ أَوْ آَبَاءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ أَبْنَائِهِنَّ أَوْ أَبْنَاءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي أَخَوَاتِهِنَّ أَوْ نِسَائِهِنَّ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُنَّ أَوِ التَّابِعِينَ غَيْرِ أُولِي الْإِرْبَةِ مِنَ الرِّجَالِ أَوِ الطِّفْلِ الَّذِينَ لَمْ يَظْهَرُوا عَلَى عَوْرَاتِ النِّسَاءِ وَلَا يَضْرِبْنَ بِأَرْجُلِهِنَّ لِيُعْلَمَ مَا يُخْفِينَ مِنْ زِينَتِهِنَّ وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung. (QS. An Nuur : 31).
- Allah Subhaanahu wa Ta’aalaa juga mensifati wanita sholihah dengan yang taat kepada suaminya dan mampu menjaga diri. Allah Subhaanahu wa Ta’aalaa berfirman :
فَالصَّالِحَاتُ قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ لِلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللَّهُ
Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka) (QS. An Nisaa’ : 34).
- Oleh karenanya bagi anda yang menginginkan mendapatkan wanita sholihah yang bisa mengantarkan anda menuju surga-Nya, jadilah anda laki-laki yang sholih. Allah Subhaanahu wa Ta’aalaa berfirman :
وَالطَّيِّبَاتُ لِلطَّيِّبِينَ وَالطَّيِّبُونَ لِلطَّيِّبَاتِ
dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). (QS. An Nuur : 26).
- Dan akhirnya kita berdoa agar dikaruniai Allah Subhaanahu wa Ta’aalaa istri yang sholihah dan anak keturunan yang solih dan sholihah, sehingga bisa menjadi penyejuk pandangan. Allah Subhaanahu wa Ta’aalaa berfirman :
وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
Dan orang orang yang berkata: “Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa (QS. Al Furqoon : 74).