Asmirandah, Lukman Sardi Dan Murtad
Asmirandah, Lukman Sardi Dan Murtad
Hari ini Timeline saya ramai dengan kisah pengakuan Lukman Sardi yang berpindah agama ke Kristen. Beberapa waktu yang lalu, Timeline ramai dengan kisah Asmirandah yang “membangkang” dengan orang tua dan memilih masuk ke dalam “nasrani”.
Lukman Sardi, artis kawakan ini, pernah menjadi buah bibir tatkala berperan menjadi “Ahmad Dahlan” yang merupakan ulama dan pendiri organisasi islam Muhammadiyah. Asmirandah pun beberapa kali bermain sinetron dan film bernuansa islam. Tapi sekali lagi, reputasi mereka tak lantas membuat islam mereka kokoh.
Kenapa bisa demikian? Tentu kita tak bisa menyalahkan mereka secara langsung. Sebab, negara pun me”mubah”kan seseorang berpindah-pindah agama. Sebab, negara tak memberikan efek “jera” bagi pelaku murtad.
Dalam ranah Demokrasi, murtad adalah bagian dari wujud ekspresi seseorang untuk bisa bebas menyuarakan haknya. Bahkan bisa jadi, dalam negara sekelas Amerika Serikat, pelaku murtad tentu amat dilindungi, dibandingkan mereka yang mualaf.
Bahkan Pengakuan mereka berpindah agama itu tentu menjadi Jualan tersendiri untuk menyebarkan misi Misionaris. Sebab dari tutur kata dan pengakuan mereka yang katanya dapat “cahaya kebenaran” itu setidaknya mampu menyeret mereka yang imannya lemah.
Secara undang-undang, perihal ini diakui. Kebebasan beragama adalah hak setiap manusia. Tentu prilaku Lukman Sardi, Asmirandah bahkan Rianti Cartwright tak bisa disalahkan dan dihukum. Sebaliknya, aktivitas para mualaf di sejumlah negara justru ditekan. Keberadaan mereka disampingkan.
Lantas, untuk apa Al-Quran memerintahkan pelaku murtad untuk dihukum mati bila tidak bertaubat? Sepertinya sekali lagi sebagian orang hanya menerima enaknya saja dan sebagian lagi seperti membangkang dari Al-Quran.
Padahal sejatinya, sebagai muslim, Al-Quran menjadi petunjuk kita. Sehingga permasalahan pemurtadan ini bisa diselesaikan dengan cepat.
Sesungguhnya siapa saja yang belajar dari islam dengan keseriusan dan mendalam, tentu ia akan sadar dan tetap istiqomah di jalur islam. Sayangnya, islam hari ini, hanya untuk dipelajari dalam kaitan akhlaq, solusi di saat miskin atau ditolak cinta, obat stress, bukan pendalaman tentang kenapa berislam dan memperjuangkan tegaknya islam.
Akhukum,
Rizqi Awal