
Hidup di Sistem Kapitalisme adalah Keterpaksaan, Menjadi Budak Sistem adalah Pilihan
MUSTANIR.net – Benarkah kita terjebak pada sistem kapitalisme ini?
Benar. Karena secara keseluruhan umat Islam mengalami keterpaksaan hidup di tengah-tengah sistem kapitalisme.
Bukan hidup yang penuh ketidakadilan mereka inginkan, tetapi hidup penuh kebahagiaan dan keberkahan. Hanya saja, kita terjebak dan terpaksa hidup di sistem yang rusak ini.
Benarkah menjadi budak kapitalisme adalah pilihan?
Benar. Contohnya yaitu dalam memilih pekerjaan.
Ada yang memilih untuk bekerja di bank, walaupun tahu itu riba tapi yang penting gajinya tinggi. Ada yang bekerja di kantor dari pagi sampai larut malam hingga tidak ada waktu untuk ibadah, apalagi waktu untuk pergi belajar Islam, tidak ada sama sekali. Hidupnya full setiap hari dihabiskan untuk bekerja. Ada juga yang rela lepas hijab dan lepas gamis demi mendapatkan pekerjaan yang gajinya tinggi.
Itu semua pilihan.
Namun, ada juga orang yang pernah bekerja di bank, tidak lama dari itu ia sadar hukum riba dan akhirnya ia resign dari pekerjaannya lalu memilih untuk menjual es cendol. Walaupun penghasilan menjual es cendol terbilang sedikit ketimbang pekerjaan lamanya, tapi hidupnya tenang dan berkah. Keputusan yang ia pilih bukan tanpa alasan, tapi itu karena ia mencari ridha Allah subḥānahu wa taʿālā.
Sesuatu yang tidak diridhai oleh Allah pasti tidak akan pernah membuat hidup kita tenang. Kita harus pertimbangkan antara halal dan keharamannya, bukan berdasarkan yang penting banyak gajinya. Banyak bukan berarti Allah sukai, dan sedikit bukan berarti Allah tidak cintai.
Allah sudah memberikan akal untuk manusia. Tugas manusia adalah ia gunakan akalnya untuk berpikir dan memilih antara halal dan haram (berpahala dan dosa).
Mau memilih menjadi budak kapitalisme atau memilih pekerjaan yang diridhai oleh Allah? Apa pun pilihan kita akan dimintai pertanggungjawaban kelak di akhirat.
Walaupun kita terpaksa hidup dalam sistem kapitalisme, bukan berarti kita membiarkan diri kita terpaksa menjadi budak kapitalisme. Bekerjalah pada pekerjaan yang tidak memperbudakmu apalagi melalaikanmu dekat dengan Allah. Walaupun penghasilanya sedikit, tapi setidaknya kamulah bosnya yang bisa menentukan kapan waktu kerja dan kapan waktu dakwah agar tidak bertabrakan.
Ingat, hidup kita ini berharga. Jangan mau waktu kita dibeli dengan dunia yang receh semata. Karena hidup kita terlalu berharga, maka habiskanlah waktu kita lebih banyak untuk menambah amal kebaikan dengan mengkaji Islam secara kaffah dan berdakwah.
Kalau kamu membiarkan pemikiranmu terjajah, maka sampai mati kamu akan menjadi budak kapitalisme.
Di sini kamu harus sadar, diterapkannya sistem kapitalisme suatu hal yang tidak dibenarkan dalam Islam dan tidak diinginkan oleh umat Islam (kita hanya terjebak di dalamnya), tapi menjadi budak kapitalisme itu pilihan. Kita tahu sedang terjebak, tapi tidak boleh diperbudak.
Kamu lawan penjajahan itu dengan mengkaji Islam secara kaffah, atau kamu pasrah menjadi pecundang?
Sebenarnya kafir penjajah tidak pernah takut dengan jumlah kaum muslimin, tapi mereka takut dengan pemikiran para pejuang yang mustanir. Itulah sebabnya mereka sampai sekarang selalu menyebar fitnah “sesat”, “radikal”, dan “ekstrem”. Pemikiranmu mengancam kedudukan, jabatan, kekuasaan, dan segala hal kecurangannya.
Bersatunya pemikiran umat Islam yang ditakutkan mereka, bukan jumlah umat Islam. Makanya trik fitnah dan adu domba masih berlaku.
Wallahu a’lam. []
Sumber: Aina Fatihah, Penulis dan Founder Muslimah Inqilabi