CIIA: Tolak Hukuman Mati Bali Nine, Australia Munafik

tony-abbots-300x201

Jakarta – Pemerhati Kontra-Terorisme, Harits Abu Ulya menilai penentangan Autralia atas hukuman mati yang dijatuhkan kepada warganya terkait dengan kasus peredaran narkoba merupakan sikap munafik.

“Aussie (Australia) melalui Perdana Menteri Tonny Abbot menunjukkan sikap yang hipokrit dalam kebijakan politik luar negerinya, dalam kasus hukuman mati terhadap terpidana Bom Bali yang dihukum mati kenapa tidak protes?” tanya Harits retoris saat dihubungi Kiblat.net, pada Rabu (25/2).

Menurut Harits, bila PM Australia beralasan membela anggota Bali Nine dalam rangka menjunjung Hak Asasi Manusia (HAM). Seharusnya, negeri Kanguru itu membela semua terpidana hukuman mati di seluruh dunia.

“Jika ukurannya adalah HAM. Maka yang perlu dibela dari hukuman mati tidak hanya dua warga Australia yang tervonis hukuman mati dalam kasus narkoba di Indonesia,” ujarnya.

Direktur CIIA ini menilai sikap Tonny Abbot lebih menunjukkan kepentingan nasional yang subyektif. Serta cenderung ingin mengintervensi kebijakan pemerintah Indonesia dalam kasus-kasus pidana.

“Yang lucu adalah, Tonny seperti kehilangan argumentasi untuk membela warganya, hingga sikap politik kekanak-kanakan terlontar dari mulutnya dengan menyinggung hibah bantuan Australia untuk Tsunami Aceh,” terangnya.

Harits jadi mempertanyakan, apakah bantuan Australia kepada Polri dan Densus 88 dalam penanganan terorisme di Indonesia selama ini juga bermuatan kepentingan politik.

“Atau bisa jadi bantuan-bantuan selama ini dijadikan alatbargaining untuk menekan Indonesia ?,” Tanyanya.

Meski demikian, Indonesia tidak perlu khawatir dengan tekanan Australia. Terutama terkait ancaman boikot pariwisata di Bali. Alasannya karena turis asal Australia selama ini lebih banyak merugikan Indonesia.

“Jika turis Australia berkurang justru Indonesia untung, karena turis Australia yang banyak ke pulau Bali dan lainnya lebih banyak merusak atau membuat mudarat dengan budaya hidup mereka terhadap masyarakat Indonesia.” pungkasnya.

About Author

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Categories