Idul Fitri dan Idul Adha Jadi Hari Libur Sekolah di New York
Sekolah-sekolah di New York bakal menambahkan dua hari besar Islam, Idul Fitri dan Idul Adha, dalam kalender libur resminya.
Saat mengumumkan keputusannya pada Rabu pekan kemarin, Walikota New York, Bill de Blasio mengatakan, ratusan keluarga Muslim tidak perlu lagi dibingungkan dengan mengantar anaknya ke sekolah atau beribadah pada hari raya tersebut.
“Orang-orang yang mengkritik keputusan ini, saya kira, mereka harus kembali mempelajari Konstitusi Amerika Serikat,” kata De Blasio dikutip Dream.co.id dari laman The New York Times, Senin 9 Maret 2015.
De Blasio, seorang Demokrat yang telah menjanjikan sebuah kota yang lebih toleran dan inklusif, menggambarkan kebijakan yang dimulai pada tahun ajaran 2015-2016 itu hanya ‘masalah keadilan’.
Sebelumnya, beberapa sekolah di distrik di Vermont, Massachusetts dan New Jersey sudah lebih dulu meliburkan sekolah pada hari raya Islam.
Namun kota New York, dengan siswa mencapai 1,1 juta anak, merupakan kota besar pertama di AS yang memasukkan Idul Fitri dan Idul Adha dalam kalender libur mereka.
Pengumuman ini tentu menjadi penyejuk bagi minoritas Muslim Amerika yang baru-baru ini harus mengalami perlakuan rasial, akibat meluasnya aksi terorisme yang mengatasnamakan Islam yang menyerang Eropa.
Januari lalu, Duke University tiba-tiba membatalkan rencana mengizinkan Muslim menyuarakan azan melalui menara bel kapel sekolah setelah mendapat ancaman kekerasan.
Terlebih lagi peristiwa penembakan tiga mahasiswa Muslim bulan lalu di North Carolina. Pekan lalu, tiga pria asal Brooklyn ditangkap dan dituduh ingin bergabung dengan kelompok teroris ISIS; dua dari pelaku tinggal 4 mil dari De Blasio mengumumkan keputusannya.
Bagi aktivis Muslim Amerika, yang telah bertahun-tahun berusaha menaikan profil di kancah politik AS, menyambut keputusan walikota itu sebagai kemenangan dan indikasi bahwa mereka telah berhasil memberikan pengaruh terhadap kebijakan publik.
“Ketika liburan ini diakui, itu pertanda bahwa umat Islam memiliki peran dalam struktur politik dan sosial masyarakat Amerika,” kata Ibrahim Hooper, juru bicara Council on American-Islamic Relations (CAIR), kelompok advokasi dan hak-hak sipil Muslim Amerika.
Pendahulu De Blasio, Walikota Michael R. Bloomberg, menolak gagasan tentang libur hari raya Islam. Saat itu, Bloomberg mengatakan sekolah membutuhkan lebih banyak waktu di kelas.
Bloomberg juga menyatakan keprihatinan bahwa orangtua dari agama yang berbeda harus mengatur penitipan anak pada hari-hari libur sekolah.
Namun De Blasio tidak keberatan. Dia berjanji sebagai kandidat walikota pada 2013 lalu untuk menutup sekolah pada dua hari raya umat Islam.
Kepada wartawan, De Blasio, diapit oleh aktivis Muslim yang terlihat gembira dan pejabat kota, tidak khawatir keputusannya ini akan mendapat reaksi dari sayap kanan.
“Kita adalah negara yang dibangun berlandaskan multi-agama dan multi-budaya.”