Jebakan Nasionalisme
MUSTANIR.net – Bismillaahir rohmaanir rohiim.
Nasionalisme (الوطنية-القومية) itu tidak melarang terpecahnya suatu negara menjadi banyak negara. Justru ketika negara semakin terpecah dan semakin kecil, sekecil wathon tempat manusia dilahirkan atau tempat suatu qaum, maka akan semakin nasionalis.
Karena nasionalisme dalam bahasa Arabnya diambil dari kata wathon (tempat manusia dilahirkan) yang sangat kecil dan sempit, atau dari kata qaum (kelompok/golongan) yang tempat domisilinya lebih besar dari sekadar wathon.
Hadits palsu yang dibawanya juga “hubbul wathon minal iimaan/cinta tanah air bagian dari iman”. Sehingga ketika Indonesia terpecah menjadi banyak negara sebanyak jumlah pulau-pulau besarnya atau ketika pulau Jawa terpecah menjadi banyak negara sebanyak jumlah provinsinya, maka hal itu bisa dibilang sangat nasionalis. Jadi semakin kecil, semakin nasionalis.
Karena itu ketika Timor Timur lepas dari Indonesia, orang-orang nasionalis diam seribu bahasa. Malah HTI yang protes dan mewanti-wanti agar pemerintahan tidak melakukan referendum kala itu.
Berbeda dengan Islam yang sistem pemerintahannya adalah sistem kesatuan seluruh dunia dalam satu kepemimpinan khalifah. Islam mengharamkan kaum muslimin sedunia dipimpin oleh dua khalifah, apalagi lebih dari dua khalifah.
Ketika khilafah tegak nanti di suatu negara, maka khalifah wajib melakukan futuhat untuk menambah luas wilayah khilafah sampai seluruh dunia berada di dalam kekuasaan khalifah. Karena Islam telah memiliki empat ajaran persatuan dan kesatuan; Islam rahmatan lil ‘alamiin, innamal mu’minuuna ikhwatun, udkhuluu fissilmi kaaffah, dan iqomatul khilafah.
Jadi Islam dengan khilafahnya mengajak bersatu, sedang nasionalisme mengajak berpecah belah. Padahal Allah subḥānahu wa taʿālā berfirman:
وَٱعْتَصِمُوا۟ بِحَبْلِ ٱللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا۟ ۚ وَٱذْكُرُوا۟ نِعْمَتَ ٱللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنتُمْ أَعْدَآءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُم بِنِعْمَتِهِۦٓ إِخْوَٰنًا وَكُنتُمْ عَلَىٰ شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ ٱلنَّارِ فَأَنقَذَكُم مِّنْهَا ۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ ٱللَّهُ لَكُمْ ءَايَٰتِهِۦ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.” (QS Ali Imran ayat 103)
Ayat di atas mustahil bisa diterapkan dan dipraktikkan tanpa khilafah.
Maka bagi siapa saja yang merindukan persatuan dan kesatuan, mari bersama perjuangkan tegaknya khilafah bersama Hizbut Tahrir dunia.
Karena semangat nasionalisme adalah menentukan nasib sendiri dan membuat negara sendiri. Sedang semangat Islam adalah bersaudara dan bersatu dalam satu negara khilafah.
Wallahu a’lam. []
Sumber: Abulwafa Romli