Pemimpin Ikhwanul Muslimin Muhammad Badi’ Dijatuhi Hukuman Mati
Pemimpin Ikhwanul Muslimin Muhammad Badi’ Dijatuhi Hukuman Mati
Pengadilan menyerahkan keputusan kepada lembaga Al-Azhar, namun keputusan Al-Azhar dinilai tidak mengikat dan para terpidana masih bisa mengajukan banding. Mesir mengadili ratusan pendukung maupun anggota Al Ikhwan al Muslimun sempat dinyatakan sebagai organisasi terlarang di Mesir
Pengadilan Mesir akhirnya menjatuhkan hukuman mati terhadap pemimpin Al Ikhwan al Muslimun, Muhammad Badi’, dan 13 anggota Ikhwan lain.
Seluruh terpidana itu dinyatakan bersalah merencanakan serangan atas negara.
Badi’ menghadapi sejumlah pengadilan dan sudah dijatuhi hukuman mati dalam kasus lain namun kemudian diringankan menjadi hukuman seumur hidup.
Muhammad Badi’ ditangkap pada bulan Agustus 2013, setelah rezim militer -di bawah Jenderal Abdul Fattah al-Sisi, yang kini menjabat presiden- mengkudeta Presiden Mohammad Mursy yang didukung kelompok Al Ikhwanul Al Muslimun.
Kantor berita MENA dikuti BBC melaporkan, pengadilan menyerahkan keputusan kepada lembaga Al-Azhar, sebagai otoritas tertinggi umat Islam Sunni di negara itu, untuk meminta saran sebelum mengesahkan hukuman mati atas Badi’ dan 13 terpidana lainnya.
Dalam pengadilan Mesir, keputusan Al-Azhar tidak mengikat dan para terpidana masih bisa mengajukan banding.
Mesir mengadili ratusan pendukung maupun anggota Ikhwanul Muslimin yang dinyatakan sebagai organisasi terlarang.
Sebelum ini, pengadilan sudah menjatuhkan hukuman mati atas ratusan anggota maupun pendukung Ikhwanul Muslimin dalam pengadilan kilat mendapat kritik dunia internasional dan kelompok hak asasi manusia.
Muhammad Badi’ atau bernama lengkap Muhammad Badi’ Abdul Majid Samy, lahir 7 Agustus 1943, di kota Mahalla al-Kubra, dikenal seorang tokoh Ikhwan yang sangat ulet.
Badi’ adalah adik kandung tokoh Ikhwan generasi awal, Ali Ashnawy, seorang pilot, yang dihukum mati tahun 1954 oleh Presiden Gamal Abdul Nasser.
Sarjana kedokteran hewan memperoleh gelar doktor kedokteran hewan tahun l979 di Universitas Zagazig dan menjadi asisten Profesor dibidang sama tahun 1983 di Universitas Zagazig.
Pia yang masuk menjadi salah satu 100 tokoh terbesar di dunia Arab dalam enslikopedi ilmiah Arab yang diterbitkan oleh lembaga Informasi Ilmiah Mesir pada tahun 1999 ini terpilih menjadi Mursyid ‘Am Ikhwanul Muslimin ke VIII mengganti posisi Dr. Muhammad Mahdi yang mengundurkan diri Januari 2010.