
People Power vs Metode Rasulullah: Mana yang Benar-benar Ubah Negeri?
MUSTANIR.net – Setiap kali rakyat muak, jalanan selalu jadi pelampiasan. Spanduk terbentang, orasi membahana, massa berdesakan. Tak jarang muncul seruan people power. Seolah, inilah jalan perubahan.
Benar, demo besar bisa menjatuhkan rezim. Reformasi 1998 buktinya. Soeharto tumbang, orde baru berakhir. Tapi mari jujur, apakah setelah itu negeri ini benar-benar berubah?
Korupsi justru makin ganas. Oligarki makin kukuh. Pajak makin mencekik. Rakyat tetap saja miskin, sementara elit politik bergelimang harta. Artinya, yang jatuh hanya rezim. Sistemnya tetap bercokol.
Demokrasi: Ganti Orang, Bukan Ganti Sistem
People power lahir dari rahim demokrasi. Paradigmanya sederhana. Kalau penguasa busuk, jatuhkan lewat massa. Ganti orang, selesai masalah.
Masalahnya, sistem tetap utuh. Demokrasi sekuler yang jadi akar kerusakan tidak ikut tumbang. Akibatnya, wajah baru muncul, tapi sifat tetap sama yaitu korup, zalim, pro-oligarki.
Inilah ironi paling pedih. Rakyat sudah berkali-kali demo. Dari 1998, 2019, sampai sekarang. Namun, apa yang berubah?
Ujung-ujungnya rakyat kembali mengeluh soal harga naik, lapangan kerja sempit, pajak mencekik. Seperti memutar kaset lama dengan suara berbeda, tapi lagu tetap sama.
Metode Rasulullah ﷺ: Jalan Dakwah, Bukan Kerumunan Massa
Berbeda dengan demokrasi, Islam sudah punya metode perubahan yang jelas. Rasulullah ﷺ tidak pernah menyerukan people power. Tidak ada catatan beliau menggerakkan kerumunan untuk menumbangkan Quraisy secara anarkis.
Metode beliau adalah dakwah, dengan tiga tahap utama:
1. Tatsqif yaitu membina kader sahabat agar berfikrah Islam, kokoh iman, siap berjuang.
2. Tafa’ul yaitu berinteraksi dengan masyarakat, menyampaikan kebenaran, membongkar kebusukan sistem kufur, hingga opini umum mulai berpihak pada Islam.
3. Thalabun nushrah yaitu mencari dukungan ahlul quwwah, pemilik kekuatan riil (tokoh berpengaruh, kabilah, militer), hingga akhirnya daulah Islam tegak di Madinah.
Metode ini syar’i, teruji, dan terbukti berhasil mengubah masyarakat jahiliyah menjadi umat terbaik sepanjang sejarah. Dan yang paling penting yang berubah bukan sekadar wajah penguasa, tapi sistem secara menyeluruh.
Jalan Mana yang Kita Pilih?
People power mungkin memuaskan sesaat. Ada euforia ketika rezim jatuh. Tapi setelah itu, kekecewaan akan kembali terjadi. Reformasi sudah memberi pelajaran, ganti rezim bukan berarti ganti sistem.
Rasulullah ﷺ menunjukkan bahwa perubahan sejati lahir dari dakwah yang terarah. Dari pembinaan yang sabar. Dari perjuangan ideologis, bukan dari ledakan emosional massa. Dan hasilnya bukan kekecewaan, tapi peradaban yang gemilang.
Jadi, jika umat benar-benar ingin lepas dari siklus tirani, jawabannya bukan lagi people power. Jawabannya adalah mengikuti thariqah (metode) nabawiyah dengan meninggalkan demokrasi dan kembali kepada sistem Islam kaffah, dalam naungan khilafah ‘ala minhaj an-nubuwwah. []
Sumber: La Ode Mahmud
