Pertikaian Trump dan Keluarga Tentara Muslim AS
Pertikaian Trump dan Keluarga Tentara Muslim AS
Mustanir.com – Peta politik AS pekan ini diramaikan oleh percekcokan antara kandidat presiden dari Partai Republik Donald Trump dan keluarga Muslim yang anaknya tewas dari perang di Irak.
Pertarungan menjadi menghangat karena Trump dianggap melecehkan keluarga Muslim itu. Berikut kronologi pertikaian antara keluarga Khizr Khan dan Trump.
Kamis, 28 Juli
Khizr Khan yang putranya tewas dalam pertempuran Irak 2014 memberikan pidato di Konvensi Nasional Partai Demkorat.
Dengan berbekal konstitusi Khizr Khan mengecam sikap Trump yang mengusulkan larangan Muslim masuk AS. Ia juga mempertanyakan pengorbanan apa yang telah diberikan Trump bagi negeri ini.
“Lihatlah makam patriot yang wafat mempertahankan Amerika Serikat.” ujar Khan merujuk pada Trump. “Kamu akan melihat semua keyakinan, gender dan etnis. Kamu tak berkoban apapun.”
Khizr Khan mempunya seorang putra bernama Humayun Khan yang tewas dalam perang Irak 2014.
Jumat, 29 Juli
Dalam penampilan di MSNBC’s lewat program “Last Word With Lawrence O’Donnel”, Ghazala Khan istri Khizr Khan mengungkapkan alasan kenapa ia hanya berdiri di samping suaminya dan tak bicara.
Ia mengaku masih berduka jika mengingat apa yang terjadi pada putranya tersebut. “Saya bahkan tidak bisa ke ruangan yang terdapat fotonya,” ujar Ghazala Khan. “Itulah kenapa ketika saya melihat gambar di panggung di Philadelphia ia tidak tahan, saya mencoba mengontrol diri saya saat itu.”
Sabtu, 30 Juli
Trump dalam wawancara di ABC News George Stephanopoulos, mempertanyakan mengapa Ghazala tak berbicara.
“Jika kalian melihat istrinya, ia hanya berdiri di sana,” ujar Trump. “Ia tak mengatakan sepatah katapun. Ia mungkin tak diizinkan untuk berbicara.”
Pernyataan Trump bernada steorotip tentang seorang ibu Muslim Ghazala Khan yang seolah tak diiizinkan suaminya berbicara.
Trump juga menjawab kritik tentang pengorbanan. Ia mengatakan, telah banyak melakukan pengorbanan. “Saya telah menciptakan ribuan dan ribuan tenaga kerja serta infrastruktur berkelas.”
Ahad 31 Juli
Trump mempertahankan semua pernyataannya dalam wawancara. Ia pun membuat status di Twitter. “Saya diserang oleh Mr Khan di Konvensi Partai Demokrat. Apakah saya tak diizinkan untuk merespons? Hillary yang mendukung perang Irak, bukan saya,” kicaunya.
Pada hari yang sama Ghazala Khan menulis opini di Washington Post. Ia membantah jika tak diizinkan suaminya berbicara di Philadelphia. “Suami saya bertanya apakah saya ingin berbicara? Saya mengatakan tak sanggup,” tulisnya.
“Ketika Donald Trump berbicara tentang Islam, ia hanyal orang bodoh. Jika ia (Trump) belajar tentang Islam sesungguhya dan Alquran, semua idenya tentang teroris akan berubah.”
Hillary Clinton dalam sambutan di ibadah pekanan gereja juga membela Khan dan mengecam Trump. Menurutnya, Khan telah berkorban untuk keluarganya. Namun apa yang ia terima justru pernyataan menghina dari Trump.
Senin, 1 Agustus
Trump tetap melancarkan serangan ke Khan. Ia menuding ayah dari marinir AS itu telah melancarkan serangan jahat kepadanya saat di Philadelphia. Ia pun menyayangkan media yang mengambil cerita salah.
“Ceritanya bukan tetang Khan yang mendapat tempat diberbagai wawancara namun Islam radikal terorisme.”
Pada hari yang sama Senator John McCain yang pernah di penjara pada Perang Vietnam mengatakan, Trump berbicara tidak atas nama Partai Republik. (rol/adj)
Komentar Mustanir.com
Donald Trump adalah salah satu calon presiden Amerika dari partai Republik. Partai Republik terkenal konservatif dan cenderung ekslusif. Biasanya dihuni oleh pengusaha-pengusaha kaya Amerika (baca: Kapitalis) yang cenderung arogan, anti-kritik dan rasis.
Salah satu kandidat lainnya adalah Hillary Clinton dari Partai Demokrat. Tentu saja demokrat lebih toleran dan terbuka dibanding partai Republik. Maka dari itu, terpilihnya Barack Obama selama 2 periode menjadi Presiden Amerika, terbukti ide yang dibawa partai Demokrat cenderung diterima oleh dominan masyarakat Amerika.
Kedua partai tersebut sesungguhnya sama saja di mata Islam, yakni sama-sama memiliki kejahatan kepada dunia Islam. Partai Republik masa Bush atau Partai Demokrat masa Obama, keduanya sama-sama bertanggungjawab atas setiap nyawa kaum muslimin di Irak, Afghanistan, Suriah, Palestina dan seluruh penjuru dunia. Amerika adalah negara yang seharusnya dijadikan musuh bagi dunia Islam, bukan teman.
Demokrasi yang di ekspor Amerika ke seluruh penjuru dunia Islam adalah sebuah musibah besar bagi dunia Islam, bukan sebuah anugerah atau kemajuan. Kembalikan seluruhnya dunia Islam ke dalam naungan Syariat Islam, sebagaimana dahulu dunia Islam hidup sejahtera dibawah kendali seorang Khalifah, yang menegakkan Syariat, menyebarkan dakwah, dan menyatukan ukhuwah.