Rakyat 100% Masuk Neraka?
MUSTANIR.net – Dalam sebuah kajian ekonomi Islam, saya mengisi tentang hukum bunga bank yang sama dengan riba. Setelah kajian selesai, ada seorang peserta yang bertanya dengan penuh semangat. Sebelum bertanya, dia memberikan prolog yang cukup panjang:
“Pak, saya sudah bekerja di bank konvensional selama 25 tahun. Saya sudah lama mengetahui, bahwa kerja di bank konvensional itu hukumnya haram, karena dalam transaksi-transaksinya itu ada bunganya. Dan saya faham, bahwa bunga bank itu hukumnya haram, karena sama dengan riba. Tetapi, saya tetap tidak mau keluar dari bank, karena saya merasa tidak bersalah.
Saya meyakini, bahwa yang salah itu adalah penguasanya, karena merekalah yang membuat lembaga perbankan tersebut dan merekalah yang membuat aturan-aturannya. Saya sebagai rakyat hanya mengikutinya saja. Kewajiban saya sebagai rakyat hanyalah mematuhi penguasa. Jika aturan perbankan yang dibuat oleh penguasa itu salah, karena ada ribanya, maka yang harus masuk neraka adalah penguasa saja.
Saya tidak mau masuk neraka! Saya tidak bersalah! Saya hanya menta’ati penguasa saja! Itulah keyakinan saya.”
Begitulah kira-kira prolognya. Saya masih belum faham, arah pertanyaan dari penanya itu kira-kira mau ke mana? Karena itu baru prolog. Namun saya tidak menyangka, ternyata penanya kemudian melanjutkan dengan 1 pertanyaan yang singkat, tetapi cukup menyentuh perasaan saya. Dengan nada lirih, penanya melanjutkan dengan satu pertanyaan:
“Mohon maaf, Pak. Apakah pemahaman saya tadi benar?”
Terus terang, saya agak bingung untuk menjawabnya. Saya merasa tidak bisa untuk langsung menjawabnya. Maka, saya katakan kepada penanya:
“Mohon maaf, saya ini bukanlah pemilik surga dan neraka. Maka saya tidak tahu, siapa-siapa yang akan masuk surga dan siapa pula yang akan masuk neraka.”
Mendengar jawaban saya itu, saya lihat wajah penanya langsung terlihat berubah kecewa. Agar tidak mengecewakan penanya, maka saya lanjutkan lagi:
“Yang paling tahu, siapa yang akan masuk surga dan siapa yang akan masuk neraka, sebaiknya kita tanyakan saja kepada pemilik surga dan neraka, yaitu Allah SWT. Jangan tanya pada saya. Saya tidak tahu apa-apa.”
Saya lihat wajah penanya berubah lagi. Agak tersenyum, tapi tersenyum agak kecut. Tanda agak kecewa dengan jawaban saya. Kemudian saya sampaikan:
“Saya yakin, Bapak agak bingung dengan jawaban saya tadi. Bagaimana caranya bertanya pada Allah SWT? Menjumpai Allah saja tidak bisa?”
Oleh karena itu, langsung saya sambung lagi:
“Lantas, bagaimana caranya bertanya pada Allah SWT? Alhamdulillah, caranya sangat mudah. Kita tinggal membuka al-Qur’an saja. Insya Allah, kita akan menemukan jawaban dari Allah SWT.”
Apa jawaban dari Allah SWT? Silakan baca surat al-Baqarah: 166-167. Allah SWT berfirman:
إِذْ تَبَرَّأَ الَّذِينَ اتُّبِعُواْ مِنَ الَّذِينَ اتَّبَعُواْ وَرَأَوُاْ الْعَذَابَ وَتَقَطَّعَتْ بِهِمُ الأَسْبَابُ ﴿١٦٦﴾ وَقَالَ الَّذِينَ اتَّبَعُواْ لَوْ أَنَّ لَنَا كَرَّةً فَنَتَبَرَّأَ مِنْهُمْ كَمَا تَبَرَّؤُواْ مِنَّا كَذَلِكَ يُرِيهِمُ اللّهُ أَعْمَالَهُمْ حَسَرَاتٍ عَلَيْهِمْ وَمَا هُم بِخَارِجِينَ مِنَ النَّارِ ﴿١٦٧ ﴾
“(Yaitu) ketika orang-orang yang diikuti itu berlepas diri dari orang-orang yang mengikutinya, dan mereka melihat siksa; dan (ketika) segala hubungan antara mereka terputus sama sekali” (166) “Dan berkatalah orang-orang yang mengikuti: ‘Seandainya kami dapat kembali (ke dunia), pasti kami akan berlepas diri dari mereka, sebagaimana mereka berlepas diri dari kami.” Demikianlah Allah memperlihatkan kepada mereka amal perbuatannya menjadi sesalan bagi mereka; dan sekali-kali mereka tidak akan ke luar dari api neraka.” (167)
Apa kesimpulan dari ayat di atas? Bagaimana nasib rakyat yang mengikuti penguasa tersebut? Ternyata rakyat yang mengikuti penguasa tersebut akan masuk neraka juga, bersama-sama dengan penguasanya. Masya Allah. Na’udzubillahi min dzalik!
Lantas, bagaimana agar rakyat itu dapat terbebas dari api neraka? Jawabnya, rakyat tidak boleh mengikuti aturan penguasa yang menyimpang dari syari’at Islam tersebut. Selanjutnya, rakyat tidak boleh diam dan pasrah saja. Rakyat harus senantiasa mendakwahi penguasa, terus-menerus melakukan amar makruf nahi munkar, agar penguasa mau mengatur rakyatnya dengan syari’at Islam.
Hanya dengan cara seperti itulah, insya Allah rakyat akan terbebas dari ancaman siksa api neraka. Termasuk untuk penguasanya, hanya dengan menerapkan aturan syari’at Islam sajalah, penguasa akan terbebas dari ancaman siksa api neraka. Wallahu a’lam.
Sumber: Ustadz H. Dwi Condro Triono, Ph.D